Rabu, 27 Agustus 2008

Lukisan Kedamaian

Seorang Raja mengadakan sayembara dan akan memberi
hadiah yang melimpah kepada siapa saja yang bisa
melukis tentang kedamaian.

Ada banyak seniman dan pelukis berusaha keras untuk
memenangkan lomba tersebut.

Sang Raja berkeliling melihat-lihat hasil karya mereka. Hanya ada dua buah lukisan yang benar-benar paling disukainya. Tapi, sang Raja harus memilih satu diantara keduanya.

Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang
tenang. Permukaan telaga itu bagaikan cermin sempurna
yang memantulkan kedamaian gunung-gunung yang
menjulang mengitarinya. Di atasnya terpampang langit
biru dengan awan putih berarak-arak. Semua yang
memandang lukisan ini akan berpendapat, inilah lukisan
terbaik mengenai kedamaian.

Lukisan kedua menggambarkan pegunungan juga. Namun
tampak kasar dan gundul. Di atasnya terlukis langit
yang gelap dan merah menandakan turunnya hujan badai.
Sedangkan tampak kilat menyambar-nyambar liar. Di sisi
gunung ada air terjun deras yang berbuih-buih. Sama
sekali tidak menampakkan ketenangan dan kedamaian.


Tapi, sang Raja melihat sesuatu yang menarik. Di balik
air terjun itu tumbuh semak-semak kecil di atas
sela-sela batu. Di dalam semak-semak itu seekor induk
Pipit meletakkan sarangnya. Jadi, di tengah-tengah
riuh-rendahnya air terjun, seekor induk Pipit sedang
mengerami telurnya dengan damai. Benar-benar damai.

Lukisan manakah yang memenangkan lomba? Sang Raja
memilih lukisan nomor dua.

"Tahukah anda mengapa?", jawab sang Raja, "Karena
kedamaian bukan berarti anda harus berada di tempat
yang tanpa keributan, kesulitan atau pekerjaan yang
keras dan sibuk. Kedamaian adalah hati yang tenang dan
damai, selalu terpaut kepada Tuhan, Sang Pencipta dan
Penguasa alam semesta. Meski anda berada di
tengah-tengah keributan yang luar biasa.
Kedamaian hati adalah kedamaian sejati, karena Tuhan akan selalu menjaga dan bersama anda."

Tidak ada komentar: