Selasa, 26 Agustus 2008

Pertapa Muda dan Kepiting

Suatu ketika di sore hari yang terasa teduh, tampak seorang pertapa muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai. Saat sedang
berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian pertapa itu terpecah
kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan. Perlahan-
lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera melihat ke arah tepi
sungai di mana sumber suara tadi berasal. Ternyata, di sana tampak seekor
kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya
untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang
deras. Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Karena itu,ia segera
mengulurkan tangannya ke arah kepiting untukmembantunya. Melihat tangan
terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa muda. Meskipun jarinya
terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena bisa
menyelamatkan si kepiting. Kemudian, dia pun melanjutkan kembali
pertapaannya. Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi
bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi
mengalami kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan
tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya.
Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi.
Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin
membengkak karena jepitan capit kepiting. Melihat kejadian itu, ada seorang
tua yang kemudian datang menghampiri dan menegur si pertapa muda, "Anak
muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik.Tetapi,
mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting
melukaimu hingga sobek seperti itu? " " Paman, seekor kepiting memang
menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya sedang melatih
mengembangkan rasa belas kasih. Maka, saya tidak mempermasalahkan jari
tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa makhluk lain,
walaupun itu hanya seekor kepiting, " jawab si pertapa
muda dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan
baik. Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orangtua itu memungut
sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat
kembali melawan arus sungai.Segera, si kepiting menangkap ranting itu
dengan capitnya." Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan sikap belas
kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengankebijaksanaan. Bila
tujuan kita baik, yakni untuk menolong makhluk lain, bukankah tidak harus
dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan,
betul kan? "Seketika itu, si pemuda tersadar. " Terimakasih, Paman. Hari ini
saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan
kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang
Paman ajarkan.

Tidak ada komentar: